Di tengah euforia sepak bola yang menggema di Nusantara, Jay Idzes, sang bek garuda, telah menuai serangkaian kenangan manis yang dipersembahkan oleh fans Timnas Indonesia. Dari tanah di mana kaki-kaki berlari mengejar bola, kini dia merasakan hujan kado dari pendukung yang begitu antusias dan setia.
Menggambarkan suasana hati yang terjaga oleh kisah-kisah dalam koper kenangannya, Jay berbagi bahwa setiap hadiah yang ia terima adalah bagai trofi pribadi dari penjuru Indonesia yang terhampar luas. Setelah berjuang melalui proses naturalisasi yang berliku, penerimaan hangat ini adalah sebuah penegasan: ia kini adalah bagian dari keluarga sepak bola Indonesia.
Berkisah tentang pernak-pernik dari para penggemar yang kini menghiasi ruang pribadinya di Italia, Jay mengakui bahwa setiap surat, kaos, kacamata, bahkan potongan coklat membawa secercah Indonesia yang menyejukkan hati.
Namun, bukan hanya Jay yang merasakan manisnya perhatian ini. Rafael Struick, sang striker yang berasal dari negeri kincir angin, menjadi bintang yang paling sering diguyon karena menerima kado terbanyak. “Bahkan Rafael harus berjuang dengan 20 tas kado setiap kali ia melangkah keluar dari hotel,” cerita Jay dengan nada gembira.
Tak hanya berupa benda mati, Jay juga tak lupa menyentuh hati para pendukung dengan meluangkan waktu untuk tanda tangan dan berfoto bersama. Baginya, inilah bentuk penghargaan atas dukungan yang tiada henti dari para penggemar, yang rela menunggu berjam-jam hanya untuk sesaat bersama sang pahlawan di lapangan hijau.
Namun, bukan setiap waktu sang pemain dapat membalas langsung antusiasme tersebut. Ada momen-momen ketika fokus harus tertuju pada strategi dan konsentrasi untuk pertandingan mendatang, membuat interaksi menjadi sesuatu yang harus ditunda. “Kami menghormati setiap detik yang mereka tunggu, tapi ada kalanya kami harus menahan diri, menyimpan tenaga dan pikiran untuk pertarungan yang akan datang,” ujar Jay, membagi realita seorang atlet.
Kisah Jay Idzes dan kado-kado dari fans Timnas Indonesia bukan hanya tentang pemberian, tapi tentang ikatan, tentang budaya sepak bola yang membentuk tali-tali tak kasat mata antara pemain dan pendukung. Di tengah gempita stadion, ada kata ‘terima kasih’ yang terucap lewat tatapan mata dan senyum lebar, simbol dari hubungan yang tak hanya dibentuk oleh kemenangan di lapangan, tapi juga oleh kebersamaan di luar waktu bermain.